allah maha mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya
Artinya Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak
AsmaulHusna adalah nama-nama terbaik yang dimiliki Allah SWT. Jumlah Asmaul Husna ada 99 dan masing-masing memiliki arti yang baik. Sebenarnya, nama-nama terbaik Allah tidak hanya berjumlah 99, tapi Allah mengenalkan Asmaul Husna melalui Al-Qur'an dengan jumlah 99. Yang Maha Mengetahui. 20. القابض : Al Qaabidh. Artinya: Yang Maha
Janganpeduli orang pandang rendah, Allah itu Maha Adil d" jentikhati™ on Instagram: "True of the moral: Adab dulu baru ilmu. Jangan peduli orang pandang rendah, Allah itu Maha Adil dan Maha Mengetahui apa terbaik untuk hambaNya.
PAIKelas 3 Pelajaran 9: Meyakini Allah Maha Mengetahui dan Maha Mendengar. Allah Swt. mengetahui segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Allah Swt. maha mengetahui apa saja yang ada di alam semesta ini. Allah Swt. juga mendengar segala suara, baik yang terucap maupun yang masih tersimpan di dalam hati.
Ya Allah, sebagaimana Engkau bersikap lemah lembut dalam keagungan-Mu melebihi segala yang lemah lembut, dan Engkau Maha Tinggi degan kegungan-Mu atas segala yang agung, dan Engkau Maha Mengetahui apa yang aada di dalam buni-Mu sebagaimana Engkau mengetahui apa yang ada di atas 'arsy-Mu, dan bisikan hati di sisi-Mu sama seperti ucapan terang
Kenapa Bayi Tidak Mau Menyusu. فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِىَ ٱلْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَآءً حَسَنًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ Arab-Latin Fa lam taqtulụhum wa lākinnallāha qatalahum wa mā ramaita iż ramaita wa lākinnallāha ramā, wa liyubliyal-mu`minīna min-hu balā`an ḥasanā, innallāha samī'un 'alīmArtinya Maka yang sebenarnya bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Al-Anfal 16 ✵ Al-Anfal 18 »Mau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangKandungan Mendalam Berkaitan Dengan Surat Al-Anfal Ayat 17 Paragraf di atas merupakan Surat Al-Anfal Ayat 17 dengan text arab, latin dan terjemah artinya. Ada aneka ragam kandungan mendalam dari ayat ini. Terdokumentasi aneka ragam penafsiran dari beragam ulama mengenai isi surat Al-Anfal ayat 17, misalnya sebagaimana terlampir📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi ArabiaBukanlah kalian wahai kaum mukminin, yang membunuh kaum musyrikin pada hari perang badar, akan tetapi Allah lah yang membunuh mereka, karena Dia yang menolong kalian untuk itu. Dan bukanlah kamu yang melempar mereka ketika kamu melempar wahi nabi, akan tetapi Allah lah yang melemparkannya, karena Dia yang menyampaikan lemparan yang kamu lontarkan ke wajah-wajah kaum musyrikin. Hal itu untuk menguji kaum mukminin yang beriman kepada Allah dan rasulNya, dan mengantarkan mereka melalui jihad ini menuju derajat tertinggi, dan memberitahukan kepada mereka nikmat-nikmatNYa sehingga mereka bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat itu. Sesungguhnya Allah maha mendengar doa kalian dan ucapan-ucapan kalian, baik yang kalian rahasiakan maupun yang kalian nyatakan terang-terangan, lagi maha mengetahui hal-hal yang mengandung kemaslahatan bagi hamba-hambaNya.📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid Imam Masjidil Haram17. Maka tidaklah kalian -wahai orang-orang mukmin- membunuh orang-orang musyrik dalam perang Badar dengan daya dan kekuatan kalian. Tetapi Allah-lah yang membantu kalian untuk itu. Dan tidaklah kamu -wahai Nabi- melempar orang-orang musyrik itu ketika kamu melempar mereka. Tetapi Allah-lah yang melempar mereka ketika Dia membuat lemparanmu sampai kepada mereka. Dan Allah hendak menguji orang-orang mukmin dengan kemenangan mereka atas musuh mereka kendati jumlah pasukan dan peralatan perang mereka sangat sedikit agar mereka bersyukur kepada-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar doa dan ucapan kalian lagi Maha Mengetahui apa yang kalian perbuat dan apa yang terbaik untuk kalian.📚 Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah17. Kalian tidak memerangi mereka dengan kekuatan kalian, akan tetapi Allah-lah yang menjadikan kalian menang dengan kekuatan-Nya, dengan memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka dan menguatkan hati kalian, dan mengirim kepada kalian pasukan malaikat, serta memberikan pertolongan dan perlindungan sehingga kalian dapat meraih kemenangan. Hai Muhammad, tidaklah kamu melempar segenggam tanah dan mengenai sasaran kecuali Allah-lah yang menepatkannya. Ketika perang terjadi, Rasulullah memasuki tendanya untuk berdoa dan meminta kemenangan dari Allah, kemudian dia keluar dan mengambil segenggam tanah, lalu melemparnya ke arah orang-orang musyrik; kemudian Allah menjadikannya tepat di wajah, mata, dan mulut mereka, sehingga tidak ada seorangpun dari mereka melainkan telah terkena lemparan itu; sehingga ketika itu tampak kelemahan mereka, sehingga mereka dapat dikalahkan. Kemudian Allah menjelaskan bahwa Dia Maha Kuasa untuk menolong orang-orang beriman dalam menghadapi orang-orang kafir tanpa melalui peperangan, akan tetapi Allah hendak menguji orang-orang beriman, dan meninggikan derajat mereka dengan jihad ke derajat yang paling tinggi, serta memberi mereka pahala yang baik dan besar. Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat; Dia mendengar apa yang dirahasiakan dan yang ditampakkan oleh hamba-Nya, dan Maha Mengetahui niat yang ada dalam hati hamba-Nya; sehingga Dia menetapkan takdir dan ketetapan sesuai dengan ilmu dan hikmah-Nya, serta kemaslahatan hamba-Nya, Dan Dia membalas setiap hamba-Nya sesuai dengan niat dan dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah17. فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلٰكِنَّ اللهَ قَتَلَهُمْ ۚ Maka yang sebenarnya bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka Dengan kemudahan yang Allah berikan untuk kalian berupa sebab-sebab yang menjadikan kalian menang. وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَdan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar Lemparan itu bukan dari Rasulullah pada perang Badar, ketika itu beliau mengambil segenggam tanah lalu beliau lemparkan ke wajah orang-orang musyrik dan mengenai setiap mereka sehingga memasuki kedua mata dan lubang hidung mereka. وَلٰكِنَّ اللهَ رَمَىٰ ۚ tetapi Allah-lah yang melempar Yakni sebenarnya kamu bukanlah yang melempar, karena seandainya kamu yang melemparkannya sebagaimana lemparan manusia pada umumnya maka tidak mungkin sampai mengenai kecuali seperti lemparan manusia biasa. Namun itu merupakan lemparan Allah karena mengenai sasaran secara luar biasa dan ketepatan yang tidak mungkin dilakukan manusia merupakan hasil pekerjaan Allah. وَلِيُبْلِىَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَآءً حَسَنًا ۚ dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik Yakni untuk memberi kenikmatan kepada mereka dengan nikmat-nikmat yang baik maka Allah melakukan hal itu, dan bukan untuk sesuatu yang lain. إِنَّ اللهَ سَمِيعٌSesungguhnya Allah Maha Mendengar Mendengar doa mereka. عَلِيمٌ lagi Maha Mengetahui Mengetahui keadaan mereka.📚 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah17 Maka sebenarnya bukan kamu dengan kekuatanmu yang mampu membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka dengan sebab pertolongan yang Dia turunkan. Bukan kamu wahai Nabi yang sebenarnya melempar ketika kamu melempari orang musyrik dengan batu, tetapi Allah-lah yang melempari orang musyrik sehingga lemparan itu menuju kepada mereka. Allah berbuat demikian untuk membinasakan orang musyrik itu tidak lain untuk memberi ujian kepada orang mukmin dengan nikmat yang baik dan agung dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Bukan dengan amarah, agar mereka senantiasa bersyukur. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar atas perkataan dan doa mereka lagi Maha Mengetahui atas kondisi mereka. Ayat ini turun menjelaskan tentang lemparan Nabi dengan batu dari lembah pada saat perang. Nabi melempari mereka dengan lemparan itu, hingga orang-orang musyrik tidak bersisa sama sekali.📚 Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz bin Sayyaf As-Sariih, dimuraja’ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-Awaji, professor tafsir Univ Islam Madinah{Maka bukan kalian yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka} kalian tidak membunuh mereka dengan kekuatan mereka melainkan Allahlah yang membunuh mereka dengan memberi pertolongan kepada kalian dan memperkuat kalian {dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, melainkan Allah yang melempar} kamu tidak melempar hati mereka dengan ketakutan ketika kami melempari wajah mereka dengan debu, melainkan Allahlah yang melempari hati mereka dengan ketakutan dan wajah mereka dengan debu {dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin dengan kemenangan yang baik} dan untuk memberi anugerah yang indah kepada orang-orang yang beriman dari sisiNya dengan kemenangan dan harta rampasan {Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha MengetahuiMau dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarang📚 Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H17. Allah berfirman ketika orang orang musyrik kalah di perang badar dan kaum Muslimin berhasil membunuh mereka. ”maka yang sebenarnya bukan kamu yang membunuh mereka” dengan kemampuan dan kekuatanmu. ”akan tetapi Allah lah yang membunuh mereka” Dimana Dia membantu melakukan itu dengan apa yang telah disebutkan ”dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah lah yang melempar” hal itu karena Nabi pada saat terjadi perang, beliau masuk ke kemah beliau. Beliau berdoa kepada Allah dan memohon pertolonganNya kemudian nabi keluar darinya lalu mengambil segenggam tanah dan menaburkannya ke wajah orang orang kafir, dan Allah menyampaikan tanah itu ke semua wajah mereka. Tidak seorangpun dari mereka kecuali tanah tersebut mengenai wajah, mulut, dan kedua matanya. Dalam kondisi tersebut kekuatan mereka luruh, semangat mereka melemah, dan nampaklah kegagalan dan kelemahan mereka, sehingga merekapun kalah. Allah berfirmankepada NabiNya ”ketika kamu melempar tanah dan ia sampai pada mata mereka, itu bukan dengan kekuatanmu, akan tetapi ia sampai kepada mereka dengan keuatan dan kemampuan kami” Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka dan untuk memberi kemenangan untuk orang orang Mukmin, dengan kemenangan yang baik ” yakni Allah Maha mampu memberi kemenangan kepada orang orang Mukmin atas orang orang kafir tanpa harus ada perang akan tetapi Allah hendak menguji orang orang Mukmin dan menyampaikan mereka dengan jihad ke derajat tertinggi dan maqam termulia serta memberi mereka pahala yang baik lagi besar. ”sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui” Allah mendengar apa yang dirahasiakan dan ditampakkan oleh hamba. Dia mengetahui niat baik dan niat buruk yang disembunyikannya. Dia menakdirkan untuk hamba hamba ketentuan ketentuan yang sesuai dengan ilmuNYa, hikmahNYa dan kemaslahatan hambaNya. dan Dia membalas setiap hamba sesuai dengan niat dan amalNya.📚 Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, Al-Anfal ayat 17 Ketika kaum musyrik telah kalah, maka dalam ayat ini Allah menerangkan, bahwa sesungguhnya yang membunuh dan melempar mereka adalah Allah. Thabrani meriwayatkan dari Hakim bin Hizam ia berkata, “Ketika perang Badar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan diambilkan batu kerikil, lalu Beliau mengambil segenggam batu kerikil dan menghadap kepada kami serta melempar kami dengannya. Beliau bersabda, “Muka-muka yang buruk.” Kami pun kalah, dan Allah Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya, “Wa maa ramaita idz ramaita wa laakinnallaha ramaa artinya Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah yang melempar.” Haitsami dalam Majma’ juz 2 hal. 84 berkata, “Sanadnya hasan.” Menurut Syaikh Muqbil bahwa perkataannya “Sanadnya hasan” maksudnya adalah hasan lighairihi. Syaikh Muqbil juga menjelaskan, bahwa Haitsami menghasankannya karena hadits tersebut memiliki syawahid penguat dari jalan lain dan mutaba’ah penguat dari jalan yang sama, karena ia menyebutkan setelahnya, dari Ibnu Abas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Ali, “Berikanlah kepadaku segenggam batu kerikil.” Maka Ali memberikannya, lalu Beliau melemparkannya ke arah wajah-wajah kaum musyrik, sehingga tidak ada salah seorang di antara mereka kecuali kedua matanya penuh kerikil. Ketika itulah turun ayat, “Wa maa ramaita idz ramaita wa laakinnallaha ramaa.” Haitsami berkata, “Diriwayatkan oleh Thabrani. Para perawinya adalah para perawi kitab shahih.” Yaitu ghanimah. Ada pula yang menafsirkan, bahwa Allah Ta’ala sessungguhnya berkuasa untuk memenangkan kaum mukmin di atas orang-orang kafir tanpa perlu adanya peperangan, akan tetapi Allah ingin menguji orang-orang mukmin dengan jihad agar mereka mencapai derajat yang tinggi, kedudukan yang mulia dan mendapat pahala yang baik dan banyak. Allah mendengar apa yang dirahasiakan hamba dan apa yang ditampakkannya, dan mengetahui apa yang ada dalam hati manusia berupa niat yang baik dan yang buruk, sehingga Dia menetapkan untuk hamba taqdir yang sesuai ilmu-Nya, kebijaksanaan-Nya dan maslahat hamba-hamba-Nya, dan akan memberikan balasan masing-masingnya sesuai niat dan amalnya.📚 Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Al-Anfal Ayat 17Apabila kamu telah memenangkan peperangan itu dan berhasil membunuh musuh, maka ketahuilah sesungguhnya itu bukan sematamata karena kekuatan kalian. Allahlah yang memenangkan kalian dan dialah yang membunuh mereka dengan jalan memberikan kekuatan pada kalian dan meniupkan ke dalam jiwa orang-orang kafir itu rasa takut dan gentar. Maka sebenarnya bukan kamu kaum muslim yang membunuh mereka pada saat perang badar, melainkan Allah yang membunuh mereka dengan jalan memberikan kekuatan pada kalian dan meniupkan ke dalam jiwa orang-orang kafir itu rasa takut dan gentar. Dan demikian pula bukan engkau nabi Muhammad yang melempar batu-batu kecil ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar dengan menyampaikan lemparanmu itu ke muka orang-orang musyrik, karena akibat dari lemparan itu tidak mungkin terjadi jika yang melakukannya makhluk biasa. Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin yang mantap imannya, dengan kemenangan yang baik. Sungguh, Allah maha mendengar doa dan ucapanmu, baik yang disembunyikan maupun yang dinyatakan, maha mengetahui apa yang lebih maslahat untuk hamba-Nya demikianlah karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu, dan sungguh, Allah selalu melemahkan tipu daya orang-orang kafir sehingga tidak berhasil, agar mereka tunduk kepada kebenaran atau binasa. Karena itu jangan ragu menghadapi musuh-Musuh agama Allah kapan dan di mana dapat pahala jariyah dan rezeki berlimpah? Klik di sini sekarangDemikian beraneka penafsiran dari kalangan ahli tafsir berkaitan makna dan arti surat Al-Anfal ayat 17 arab-latin dan artinya, semoga berfaidah bagi ummat. Sokonglah usaha kami dengan memberi link menuju halaman ini atau menuju halaman depan Yang Cukup Sering Dilihat Terdapat berbagai topik yang cukup sering dilihat, seperti surat/ayat An-Naziat, Quraisy, Al-Ma’idah 3, Bismillah, Az-Zumar 53, Al-Qari’ah. Ada pula Al-Lahab, Al-Kahfi 1-10, Yusuf, An-Nashr, An-Nisa 59, Al-Ashr. An-NaziatQuraisyAl-Ma’idah 3BismillahAz-Zumar 53Al-Qari’ahAl-LahabAl-Kahfi 1-10YusufAn-NashrAn-Nisa 59Al-Ashr Pencarian surat at talaq latin, al isra ayat 23 dan 24, 10 ayat pilihan, 2 ayat terakhir al baqarah latin dan artinya, surat alif lam Dapatkan amal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat. Plus dapatkan bonus buku digital "Jalan Rezeki Berlimpah" secara 100% free, 100% gratis Caranya, salin text di bawah dan kirimkan ke minimal tiga 3 group WhatsApp yang Anda ikuti Silahkan nikmati kemudahan dari Allah Ta’ala untuk membaca al-Qur’an dengan tafsirnya. Tinggal klik surat yang mau dibaca, klik nomor ayat yang berwarna biru, maka akan keluar tafsir lengkap untuk ayat tersebut 🔗 *Mari beramal jariyah dengan berbagi ilmu bermanfaat ini* Setelah Anda melakukan hal di atas, klik tombol "Dapatkan Bonus" di bawah
ALLÂH MAHA MENGETAHUIOleh Ustadz Abu Isma’il Muslim al-AtsariManusia mengenal Allâh Azza wa Jalla dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna. Dengan memahai nama-nama dan sifat-sifat Allâh Subhanahu wa Ta’ala , kita akan lebih bisa mengenal Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Semua nama Allâh pasti memuat SIFAT ILMU ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA Ahlus Sunnah wal Jama’ah sepakat menetapkan sifat ilmu mengetahui bagi Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Ini berdasarkan banyak dalil dari kitab suci al-Qur’an, hadits Nabi dan antara ratusan dalil ayat al-Qur’an adalah Bahwa di antara nama-nama Allâh adalah al-Alîm Yang Maha Mengetahui, yang memuat sifat ilmu. Allâh Azza wa Jalla berfirmanتَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِDiturunkan Kitab ini Al Qur’an dari Allâh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. [Al-Mukmin/40 2]Demikian pula di antara nama Allâh Azza wa Jalla adalah Allâmul Ghuyûb Yang Maha Mengetahui perkara ghaib, yang memuat sifat ilmu. Allâh Azza wa Jalla berfirmanأَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ وَأَنَّ اللَّهَ عَلَّامُ الْغُيُوبِTidakkah mereka tahu bahwasanya Allâh mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allâh amat mengetahui segala yang gaib? [At-Taubat/9 78]Dan di antara nama-nama Allâh adalah Âlimul Ghaibi wasy Syahâdah Yang Maha Mengetahui perkara ghaib dan yang nampak, juga memuat sifat الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْكَبِيرُ الْمُتَعَالِYang mengetahui semua yang gaib dan yang nampak; Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. [Ar-Ra’du/13 9]Dalil hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam banyak sekali, antara lain hadits berikut iniعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ عِنْدَ الْكَرْبِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَلِيمُ الْحَلِيمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِDari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata, “Kebiasaan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata pada waktu kesusahan, Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allâh, Pemilik singgasana yang agung. Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allâh, Pemilik langit dan bumi, dan Pemilik singgasana yang mulia”. [HR. Al-Bukhâri, no. 6990]Dalil akal bahwa Allâh Azza wa Jalla memiliki ilmu adalah bahwa Allâh itu Pencipta, sedangkan selain-Nya adalah makhluk. Akal menetapkan bahwa Pencipta pasti mengetahui makhluk-Nya. Allâh Azza wa Jalla telah mengisyaratkan hal ini dengan firman-Nyaأَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُApakah Allâh Yang menciptakan itu tidak mengetahui yang kamu lahirkan dan rahasiakan; dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? [Al-Mulk/67 14]ILMU ALLAH AZALI DAN ABADI Ilmu Allâh itu sempurna, bersifat azali dan abadi. Azali artinya ada semenjak dahulu, sedangkan abadi artinya selalu ada pada Allâh Subhanahu wa Ta’ala .Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Oleh karena itu ilmu Allâh Azza wa Jalla tidak didahului dengan ketidaktahuan, dan tidak disusul dengan lupa, sebagaimana Nabi Musa Alaihissalam berkata kepada Fir’aunقَالَ عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي فِي كِتَابٍ ۖ لَا يَضِلُّ رَبِّي وَلَا يَنْسَىMusa menjawab, “Pengetahuan tentang keadaan umat-umat yang dahulu itu ada di sisi Rabbku, di dalam sebuah kitab, Rabb kami tidak akan salah dan tidak pula lupa”. [Thaha/20 52]Berbeda dengan ilmu pengetahuan makhluk yang didahului dengan ketidaktahuan, dan tidak disusul dengan lupa.” [Syarah Aqîdah Wasîthiyah, 1/194]ALLAH MENGETAHUI SEGALA SESUATU Allâh Azza wa Jalla memberitakan dalam beberapa ayat bahwa Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Allâh Azza wa Jalla berfirmanهُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌDia-lah Allâh, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. [Al-Baqarah/2 29]Allâh Azza wa Jalla juga berfirmanبَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ ۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌDia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. [Al-An’am/6 101]Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah saat menjelaskan ayat yang artinya, “Dia mengetahui segala sesuatu”, beliau mengatakan bahwa ini termasuk bentuk umum yang tidak ada pengecualian selamanya. Keumuman ilmu Allâh ini mencakup ilmu terhadap perbuatan-Nya, perbuatan para hamba-Nya, baik secara global maupun rinci. Allâh Azza wa Jalla mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi. Ilmu Allâh Subhanahu wa Ta’ala mencakup sesuatu yang wajib ada, sesuatu yang mungkin ada, dan sesuatu yang mustahil ada. Sehingga ilmu Allâh luas, mencakup, dan meliputi segala sesuatu tanpa Ilmu Allâh terhadap sesuatu yang wajib ada, seperti ilmu-Nya pengetahuan-Nya terhadap diri-Nya, dan terhadap semua sifat-Nya yang maha Ilmu Allâh terhadap sesuatu yang mustahil ada, seperti firman Allâh Azza wa Jalla لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allâh, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. [Al-Anbiya’/21 22]Demikian juga firmanNyaإِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَاباً وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allâh sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. [Al-Hajj/22 73]3. Ilmu Allâh terhadap sesuatu yang mungkin ada, adalah semua makhluk yang telah Allâh Subhanahu wa Ta’ala beritakan, itu termasuk sesuatu yang mungkin. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirmanوَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَDan Allâh mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan. [An-Nahl/16 19]Dengan demikian, ilmu Allâh Subhanahu wa Ta’ala meliputi segala sesuatu”. [Syarah Aqîdah Wasîthiyah, 1/184]Tidak ada apapun yang lepas dari ilmu Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang meliputi segala sesuatu. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirmanوَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata Lohmahfuz. [Al-An’am/6 59]DAMPAK DARI MENGIMANI BAHWA ALLAH MAHA MENGETAHUI Banyak sekali dampak keimanan manusia kepada ilmu Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkataوالثمرة التي ينتجها الإيمان بأن الله بكل شيء عليم كمال مراقبة الله عز وجل وخشيته، بحيث لا يفقده حيث أمره، ولا يراه حيث yang dihasilkan oleh keimanan bahwa Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu adalah kesempurnaan murâqabah pengawasan kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan khasy-yah takut kepada-Nya, yang mana Allâh mendapatinya di tempat yang Allâh perintahkan dan Allâh tidak melihatnya di tempat yang Dia larang”. [Syarah Aqîdah Wasîthiyah, 1/184]Kemudian di antara dampak keimanan kepada ilmu Allâh, antara lain adalah1. Mengetahui Kesempurnaan Agama Islam Karena Allâh Maha Mengetahui, sementara agama Islam datang dari sisi-Nya. Maka Islam adalah agama yang sempurna, beritanya benar dan hukum-hukumnya adil. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirmanوَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا ۚ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُTelah sempurnalah kalimat Rabbmu al-Qur’an, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al-An’am/6 115]Oleh karena itu kita dapatkan banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan hukum syari’at kemudian di akhiri dengan menyebutkan nama Allâh Alîm Maha Mengetahui dan Hakîm Maha Bijaksana. Contohnya adalah firman Allâh Azza wa Jalla إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌSesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allâh dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allâh; dan Allâh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [At-Taubat/9 60] Kalau syari’at Islam ini datang dari Allâh Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, maka tentu kewajiban hamba untuk menerima dengan senang hati seluruh syari’at Islam dan meyakini kebaikannya di atas seluruh peraturan yang Bertawakkal Kepada Allâh Dalam Segala Perkara Karena Allâh Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Kasih Sayang, maka seorang hamba akan mendapatkan ketenanagan dan keyakinan dengan bertawakkal kepada-Nya dalam segala urusan. Termasuk bertawakkal dalam masalah rezeki, karena sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah menjamin rezeki seluruh makhluk-Nya. Yang penting adalah berusaha yang halal dan hasilnya disandarkan kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirmanوَكَأَيِّنْ مِنْ دَابَّةٍ لَا تَحْمِلُ رِزْقَهَا اللَّهُ يَرْزُقُهَا وَإِيَّاكُمْ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُDan berapa banyak binatang yang tidak dapat membawa mengurus rezekinya sendiri. Allâh-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al-Ankabut/29 60]3. Faktor Pendorong Taqwa Kepada Allâh Ketika seorang hamba mengetahui bahwa Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu, Maha Mengawasi semua perbuatan hamba-Nya, maka itu merupakan faktor terbesar yang mendorong seseorang untuk selalu bertaqwa kepada-Nya. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirmanأَلَا إِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ قَدْ يَعْلَمُ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ وَيَوْمَ يُرْجَعُونَ إِلَيْهِ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌKetahuilah sesungguhnya kepunyaan Allâh lah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya sekarang. Dan mengetahui pula hari manusia dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu. [An-Nûr/24 64]Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirmanوَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمِيثَاقَهُ الَّذِي وَاثَقَكُمْ بِهِ إِذْ قُلْتُمْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِDan ingatlah karunia Allâh kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan “Kami dengar dan kami taati”. Dan bertakwalah kepada Allâh, sesungguhnya Allâh Maha Mengetahui isi hati mu. [Al-Mâidah/5 7]4. Faktor Pendorong Ketaan dan Ibadah Kepada Allâh Ketika seorang hamba mengetahui bahwa Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu, Maha Mengawasi semua perbuatan hamba-Nya, maka itu merupakan faktor terbesar untuk selalu taat kepada-Nya, melaksanakan amal shalih, dan beribadah dengan sebaik-baiknya. Allâh Azza wa Jalla berfirmanيَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ۖ إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌHai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Al-Mukminun/23 51]Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirmanيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ ۖ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌMereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allâh Maha Mengetahuinya. [Al-Baqarah/2 215]5. Mencegah Maksiat Kepada Allâh Ketika seorang hamba mengetahui bahwa Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu, Maha Mengawasi semua perbuatan hambaNya, maka itu merupakan faktor terbesar untuk meninggalkan maksiat. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirmanوَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ ۚ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌDan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allâh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Al-Baqarah/2 283]Sesungguhnya Allâh Mengetahui pandangan mata khianat untuk berbuat maksiat, bahkan isi hati manusia Allâh juga mengetahuinya. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirmanيَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُDia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. [Al-Mukmin/40 19]Dengan keterangan ini kita mengetahi bagaimana pengaruh aqidah shahihah yang benar pada perilaku manusia di dunia ini, maka selayaknya kita memperhatikan masalah-masalah aqidah dengan perhatian yang besar, sehingga membawa keselamatan kehidupan dunia dan akhirat kita. Semoga Allâh selalu membimbing kita di dalam kebaikan dan menjauhkan dari segala keburukan.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XX/1437H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
Perjalanan kehidupan manusia tidaklah selalu sesuai diharapkan, terkadang seorang manusia harus melewati jalan terjal setelah beberapa waktu menikmati jalan yang pun penuh warna, terkadang gembira namun sewaktu-waktu ia dihampiri rasa sedih, duka dan nestapa, inilah tabiat kehidupan. Tak ada yang dapat mengelak dari kenyataan berfirmanلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” QS. Al-Balad 4.Di antara kesedihan yang banyak menimpa manusia adalah kondisi dimana seseorang mendapatkan sesuatu yang tidak diharapkannya. Banyak orang yang berusaha menggapai sesuatu yang kelihatannya baik, ia mati-matian mendapatkannya dan mengorbankan apapun yang ia miliki demi terwujudnya impian tanpa disadari hal itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ketika hal seperti ini terjadi, tak sedikit orang yang menyalahkan pihak lain, bahkan Allah, Rabb yang mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya pun tak luput untuk seperti ini, hendaknya mengingat sebuah firman Allahوَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” QS. Al-Baqarah 216.Ayat ini merupakan kaidah yang agung, kaidah yang memiliki hubungan erat dengan salah satu prinsip keimanan, yaitu iman kepada qadha dan qadar. Musibah-musibah yang menimpa manusia semuanya telah dicatat oleh Allah lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan ayat di atas sebagai pedoman hidup akan membuat hati ini tenang, nyaman dan jauh dari kita mau kembali melihat lembaran-lembaran sejarah di dalam Al-Qur’an, membuka mata tuk mengamati realita yang ada, niscaya kita akan menemukan pelajaran-pelajaran dan bukti yang sangat banyak. Bukti yang menunjukkan bahwa keputusan Allah adalah yang terbaik, di antaranya adalahKisah ibunda Nabi Musa alaihissalam yang menghanyutkan anaknya di atas laut. Lihatlah, kecemasan dan ketakutan yang luar biasa menginggapi saat mengetahui anaknya berada di tangan keluarga raja Fir’aun. Tetapi, tanpa diduga tragedi itu berbuah manis di kemudian hari. [su_spacer]Perhatikan pula dengan seksama kisah hidup Nabi Yusuf alaihissalam, maka kamu akan menemukan bahwa kaidah ini cukup menggambarkan drama mengharukan antara Nabi Yusuf dan sang ayah, Nabi Ya’qub alaihimassalam. [su_spacer]Lihatlah kisah bocah laki-laki yang dibunuh oleh Nabi Khidir alaihissalam atas perintah langsung dari Allah. Apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir itu membuat Nabi Musa alahissalam bertanya-tanya, maka Nabi Khidir pun memberikan jawaban yang kata-katanya diabadikan di dalam al-Qur’ الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا 80 فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا 81“Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.” 80-81. [su_spacer]Renungkan pula kisah Ummu Salamah radhiyallahu anha yang ditinggal wafat oleh suaminya Abu Salamah radhiyallahu anhu. Ummu Salamah radhiyallahu anha berkata, Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah, lalu ia mengucapkan doa yang diperintahkan oleh Allahإِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَخْلَفَ اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَاSesungguhnya kami milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, limpahkan pahala kepadaku atas musibah yang menimpaku dan berikanlah gantinya yang lebih baik.’Kecuali Allah akan member gantinya yang lebih baik.’ Ummu Salamah berkata, Ketika Abu Salamah meninggal dunia aka bertanya,’Siapa di antara seorang mu’min yang lebih baik dari Abu Salamah?! Siapakah penghuni rumah yang pertama kali hijrah kepada Rasulullah?! Kemudian aku mengucapkan doa di atas. Lalu Allah menggantikannya dengan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda. HR. Muslim no. 918.Demikianlah Ummu Salamah menjalankan apa yang diperintahkan untuk dilakukan saat menerima musibah; bersabar, membaca istirja’ kalimat inna lillahi wa inna ilaihi raji’un dan mengucapkan doa di atas, maka Allah menggantinya dengan yang terbaik, yang tidak ia bayangkan dari semua ini adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh seorang penyair,[su_note note_color=”deeeff”]عَلَى الْمَرْءِ أَنْ يَسْعَى إِلَى الْخَيْرِ جُهْدَهُ وَلَيْسَ عَلَيْهِ أَنْ تَتِمَّ الْمَقَاصِدُSeseorang seharusnya berusaha sekuat tenaganya mendapatkan kebaikanTetapi, ia tidak akan bisa menetapkan keberhasilannya[/su_note]Segala sesuatu yang terjadi pada seorang muslim dan hal tersebut tidak sesuai dari apa yang diharapkannya adalah salah satu bentuk kasih sayang-Nya. Ujian itu hadir dengan tujuan menuntut mereka menuju kesempurnaan diri dan kesempurnaan kenikmatan-Nya. Jangan buru-buru mencela musibah yang Allah berikan, yakinlah ketetapan Allah adalah yang juga berfirmanفَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا“Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” QS. An-Nisa’ 19.Wallahu A’ bisa memahami takdir dengan benar, baca artikel berikut Takdir Dengan Benar***Referensi Qawa’id Quraniyyah 50 Qa’idatan Quraniyyatan Fin Nafsi wal Hayat. Cetakan ketiga, tahun 1433 H. Dr. Umar bin Abdullah Muqbil. Markaz Tadabbur. Noviyardi Amarullah TarmiziSTAI Ali bin Abi Thalib Surabaya28 Jumadal Ula 1437 / 8 Maret 2016Artikel
Pertanyaan Apa hikmah yang bisa disimpulkan dari sebagian nash yang menjelaskan bahwa Allah bertanya kepada para hamba-Nya, seperti pertanyaan Allah kepada Jibril apa yang mereka harapkan ? Teks Jawaban Bukhori 6408 dan Muslim 2689 –dengan redaksi milik Muslim- telah meriwayatkan dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu- dari Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda إِنَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلَائِكَةً سَيَّارَةً فُضُلًا ، يَتَتَبَّعُونَ مَجَالِسَ الذِّكْرِ ، فَإِذَا وَجَدُوا مَجْلِسًا فِيهِ ذِكْرٌ قَعَدُوا مَعَهُمْ ، وَحَفَّ بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِأَجْنِحَتِهِمْ ، حَتَّى يَمْلَئُوا مَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا ، فَإِذَا تَفَرَّقُوا عَرَجُوا وَصَعِدُوا إِلَى السَّمَاءِ ، قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ـ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ ، مِنْ أَيْنَ جِئْتُمْ ؟ فَيَقُولُونَ جِئْنَا مِنْ عِنْدِ عِبَادٍ لَكَ فِي الْأَرْضِ ، يُسَبِّحُونَكَ ، وَيُكَبِّرُونَكَ ، وَيُهَلِّلُونَكَ ، وَيَحْمَدُونَكَ ، وَيَسْأَلُونَكَ ، قَالَ وَمَاذَا يَسْأَلُونِي ؟ ، قَالُوا يَسْأَلُونَكَ جَنَّتَكَ ، قَالَ وَهَلْ رَأَوْا جَنَّتِي؟ قَالُوا لَا ، أَيْ رَبِّ ، قَالَ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْا جَنَّتِي ؟ ، قَالُوا وَيَسْتَجِيرُونَكَ ، قَالَ وَمِمَّ يَسْتَجِيرُونَنِي ؟ قَالُوا مِنْ نَارِكَ يَا رَبِّ ، قَالَ وَهَلْ رَأَوْا نَارِي؟ قَالُوا لَا ، قَالَ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْا نَارِي؟ ، قَالُوا وَيَسْتَغْفِرُونَكَ ، قَالَ فَيَقُولُ قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَأَعْطَيْتُهُمْ مَا سَأَلُوا ، وَأَجَرْتُهُمْ مِمَّا اسْتَجَارُوا ،. قَالَ فَيَقُولُونَ رَبِّ فِيهِمْ فُلَانٌ عَبْدٌ خَطَّاءٌ إِنَّمَا مَرَّ فَجَلَسَ مَعَهُمْ ، فَيَقُولُ وَلَهُ غَفَرْتُ ، هُمْ الْقَوْمُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ “Sungguh Allah –Tabaraka wa Ta’ala- mempunyai malaikat penjelajah yang mulia, mereka mengikuti majelis-majelis dzikir, maka jika mereka mendapatkan majelis yang di dalamnya ada dzikir maka mereka duduk bersama mereka, sebagian mereka meliputi sebagiannya dengan sayap-sayap mereka, sehingga mereka memenuhi langit dunia, dan jika mereka berpisah mereka kembali naik ke langit. Beliau bersabda “Lalu Allah –Azza wa Jalla- bertanya kepada mereka –Dan Dia Maha Mengetahui dari para mereka- dari mana kalian ?, mereka menjawab “Kami datang dari hamba-hamba-Mu di bumi, mereka senantiasa bertasbih kepada-Mu, bertakbir kepada-Mu, bertahlil kepada-Mu, memuji-Mu, meminta kepada-Mu”. Allah berfirman “Apa yang mereka minta kepada-Ku ?”. Mereka menjawab, “Mereka meminta surga-Mu. Berfirman,”Apakah mereka pernah melihat surga-Ku. Mereka menjawab, “Belum wahai Tuhanku. Berfirman, “Bagaimana kalau mereka melihat surga-Ku., “Mereka mengatakan “Mereka meminta perlindungan kepada-Mu”. Dia berfirman “Mereka meminta perlindungan kepada-Ku dari apa ?”. Mereka menjawab “Dari neraka-Mu wahai Rabb”. Dia berfirman “Apakah mereka telah melihat neraka-Ku ?”, mereka menjawab “Belum”. Dia menjawab “Maka bagaimana jika mereka melihat neraka-Ku ?”. Mereka menjawab “Mereka akan meminta ampun kepada-Mu”. Allah berfirman “Aku telah mengampuni mereka dan telah memberikan apa yang mereka minta dan telah aku berikan perlindungan kepada mereka”. Mereka berkata “Wahai Rabb, di antara mereka ada seorang pelaku dosa, ia hanya lewat saja lalu duduk bersama mereka”. Allah berfirman “Baginya sudah Aku ampuni, mereka adalah suatu kaum yang siapapun yang duduk bersama mereka tidak akan merasa sengsara”. HR. Bukhori & Muslim Dan di dalam riwayat Bukhori disebutkan فَيَقُولُ هَلْ رَأَوْنِي؟ قَالَ فَيَقُولُونَ لاَ وَاللَّهِ مَا رَأَوْكَ؟ ، قَالَ فَيَقُولُ وَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي؟ قَالَ يَقُولُونَ لَوْ رَأَوْكَ كَانُوا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً ، وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيدًا وَتَحْمِيدًا، وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحًا “Maka Allah berfirman “Apakah mereka telah melihat-Ku ?”, mereka berkata “Tidak, demi Allah mereka belum pernah melihat-Mu”. Dia berfirman “Maka bagaimana jika mereka telah melihat-Ku ?”. Mereka berkata “Kalau saja mereka telah melihat-Mu, maka mereka akan lebih giat lagi beribadah, dan lebih banyak lagi memuji-Mu dan lebih banyak lagi bertasbih kepada-Mu”. Imam Muslim 1348 telah meriwayatkan dari Aisyah bahwa Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ، مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو، ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمِ الْمَلَائِكَةَ ، فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ؟ “Tidak ada hari yang lebih banyak Allah membebaskan hamba-Nya dari neraka, kecuali pada hari Arafah, sungguh Dia Allah mendekat dengan rahmat-Nya, lalu Dia membanggakan mereka di hadapan para malaikat, seraya berfirman “Apa yang mereka inginkan ?”. Dalam riwayat yang lain هَؤُلَاءِ عِبَادِي جَاءُوا شُعْثًا غُبْرًا مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ ، يَرْجُونَ رَحْمَتِي وَيَخَافُونَ عَذَابِي، وَلَمْ يَرَوْنِي، فَكَيْفَ لَوْ رَأُونِي ؟ رواه عبد الرزاق 8830 ، وحسنه الألباني في "صحيح الجامع" 1360 “Mereka adalah hamba-hamba-Ku yang telah datang dengan rambut yang kusut dan berdebu dari setiap penjuru, mereka mengharapkan rahmat-Ku dan mereka takut akan adzab-Ku, sementara mereka belum pernah melihat-Ku, maka bagaimana kalau saja mereka telah melihat-Ku ?. HR. Abdur Razzaq 8830 dan dihasankan oleh Albani dalam Shahih Al Jami’ 1360. Di antara hikmah pertanyaan Allah kepada para malaikat-Nya tentang keadaan hamba-hamba-Nya, dan semua yang diriwayatkan serupa dengan itu dalam banyak hadits –wallahu a’lam- adalah 1. Bahwa Allah –subhanah- ingin menjelaskan kepada mereka karunia, rahmat dan ampunan-Nya kepada mereka, memenuhi kebutuhan mereka, sebagai balasan dari amal sholeh yang mereka lakukan dan baiknya keinginan mereka kepada karunia Rabb mereka; sehingga semua makhluk mengenal Allah –Ta’ala- dengan Nama dan Sifat-sifat-Nya dan seluruh karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sholeh. Syeikh Ibnu Utsaimin –rahimahullah- berkata pada saat menjelaskan tentang hadits keutamaan wukuf di Arafah tersebut “Allah –subhanahu wa ta’ala- berfirman “Apa yang mereka inginkan ?” yaitu; apa yang mereka inginkan kenapa mereka mendatangi tempat ini ?, mereka mengharapkan karunia-Mu dengan rahmat dan ampunan, serta mengabulkan permintaan mereka”. Majmu’ Fatawa wa Rasail Ibni Utsaimin 23/26 2. Allah ingin menjelaskan keutamaan mereka yang taat dan sholeh. Dimana mereka berharap dan takut kepada-Nya dalam ghaib dan belum melihat-Nya. 3. Allah ingin menjelaskan kepada para malaikat-Nya penyebab kenapa Allah membanggakan dan memuliakan mereka, yaitu; dengan menentukan kepada mereka bahwa hamba-hamba-Nya telah mendatangi-Nya dengan rambut yang kusut berdebu dengan penuh harap dan takut, hal itu dengan jelas bisa dilihat pada firman-Nya “Seraya Dia berfirman “Maka bagaimana jika mereka telah melihat-Ku ?”. Para malaikat mengakui bahwa mereka berada dalam ketaatan, istiqamah meskipun tidak melihatnya, berbeda dengan Iblis yang sombong dan enggan. Redaksi pengakuan dengan metode soal-jawab juga terjadi dengan orang kafir, jika terjadi bersama orang mukmin untuk menunjukkan kemuliaan-Nya kepada mereka, menunjukkan nikmat Allah dan karunia-Nya kepada mereka. Jika bersama orang kafir untuk merendahkan dan menghinakannya, sebagai hujjah atas mereka, sebagaimana di dalam hadits Abu Hurairah tentang hisabnya orang kafir pada hari kiamat فَيَلْقَى الْعَبْدَ، فَيَقُولُ أَيْ فُلْ أَلَمْ أُكْرِمْكَ ، وَأُسَوِّدْكَ ، وَأُزَوِّجْكَ ، وَأُسَخِّرْ لَكَ الْخَيْلَ وَالْإِبِلَ ، وَأَذَرْكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ ؟ ، فَيَقُولُ بَلَى، قَالَ فَيَقُولُ أَفَظَنَنْتَ أَنَّكَ مُلَاقِيَّ؟ فَيَقُولُ لَا، فَيَقُولُ فَإِنِّي أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيتَنِي رواه مسلم 2968 “Maka Dia bertemu dengan seorang hamba, seraya berfirman “Wahai fulan, tidakkah Aku telah memuliakanmu?, menjadikanmu pemimpin ?, menikahkanmu ?, menundukkan bagimu kuda dan onta ?, membiarkanmu memimpin dan menjaminmu ?, maka ia berkata “Tentu”. Allah berfirman “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan bertemu dengan –Ku ?, maka ia menjawab “Tidak”. Maka Dia menjawab “Sungguh Aku melupakanmu sebagaimana kamu telah melupakan-Ku”. HR. Muslim 2968 4. Di dalamnya terdapat isyarat pada jawaban para malaikat dari ucapan mereka أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِد فِيهَا وَيَسْفِك الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّح بِحَمْدِك وَنُقَدِّس لَك “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" QS. Al Baqarah 30 Al Hafidz Ibnu Hajar –rahimahullah- berkata “Di antara hikmahnya adalah bahwa pertanyaan itu bisa jadi sumbernya dari yang bertanya, dan Dia Allah Maha Mengetahui tentang apa yang ditanyakan dari pada orang yang ditanya; untuk menampakkan kepedulian pada hal yang ditanyakan, kesungguhan ketentuannya, mengumumkan kemuliaan kedudukannya. Dikatakan juga bahwa pertanyaan Allah secara khusus kepada para malaikat tentang mereka yang berdzikir; mengisyaratkan kepada ucapan mereka para malaikat أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِد فِيهَا وَيَسْفِك الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّح بِحَمْدِك وَنُقَدِّس لَك “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" QS. Al Baqarah 30 Seakan-akan dikatakan kepada mereka “Lihatlah oleh kalian apa yang terjadi kepada mereka manusia, mereka bertasbih dan mensucikan Allah, padahal mereka bisa jadi dikuasai oleh syahwat dan bisikan syetan. Dan bagaimana mereka mengobati hal itu. Dan mereka mirip dengan kalian dalam tasbih dan mensucikan-Nya. Dikatakan juga hikmah dari hadits ini bahwa dzikir yang dibaca oleh bani Adam akan lebih tinggi dari dzikirnya para malaikat; karena dzikirnya bani Adam meskipun banyak kesibukan, ada banyak perubahan, sementara dada mereka berada di alam ghaib, hal ini berbeda dengan para malaikat pada semua point di atas”. Fathul Baari 11/213 Baca juga Umdatul Qaari karya Al Uyaini 23/28 dan Dalil Al Falihin 7/247. Wallahu A’lam .
Perjalanan kehidupan manusia tidaklah selalu sesuai diharapkan, terkadang seorang manusia harus melewati jalan terjal setelah beberapa waktu menikmati jalan yang landai. Hari-harinya pun penuh warna, terkadang gembira namun sewaktu-waktu ia dihampiri rasa sedih, duka dan nestapa, inilah tabiat kehidupan. Allah memberikan yang terbaik bagimu. Tak ada yang dapat mengelak dari kenyataan ini, Allah berfirman لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” QS. Al-Balad 4. Di antara kesedihan yang banyak menimpa manusia adalah kondisi dimana seseorang mendapatkan sesuatu yang tidak diharapkannya. Banyak orang yang berusaha menggapai sesuatu yang kelihatannya baik, ia mati-matian mendapatkannya dan mengorbankan apapun yang ia miliki demi terwujudnya impian itu. Tetapi tanpa disadari hal itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ketika hal seperti ini terjadi, tak sedikit orang yang menyalahkan pihak lain, bahkan Allah, Rabb yang mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya pun tak luput untuk disalahkan. Orang-orang seperti ini, hendaknya mengingat sebuah firman Allah وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” QS. Al-Baqarah 216. Ayat ini merupakan kaidah yang agung, kaidah yang memiliki hubungan erat dengan salah satu prinsip keimanan, yaitu iman kepada qadha dan qadar. Musibah-musibah yang menimpa manusia semuanya telah dicatat oleh Allah lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Meletakkan ayat di atas sebagai pedoman hidup akan membuat hati ini tenang, nyaman dan jauh dari keresahan. Andai kita mau kembali melihat lembaran-lembaran sejarah di dalam Al-Qur’an, membuka mata tuk mengamati realita yang ada, niscaya kita akan menemukan pelajaran-pelajaran dan bukti yang sangat banyak. Allah memberikan yang terbaik bagimu. ✒️ Akhukum Noviyardi Amarullah Tarmizi, hafizhahullah???? Sumber Sobat muslim juga bisa menyimak kajian tentang Rahasia Keagungan Sholat Yuk manfaatkan waktu luang untuk mendengarkan Radio Muslim. ???? Simak di 1467 AM atau pahala jariyyah, klik link Radio Muslim Jogja Official Channel Kamiradiomuslimjogja muslimorid muslimahorid ypiaorid sdityaabunayya mubk_jogja pedulimuslim pustakamuslim
allah maha mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya